Sabtu, 07 Desember 2013

Tanah Adat di Ranah Minang

Tanah adat di Minangkabau seperti diketahui mempunyai kedudukan tersendiri.
Tanah adat yang dimiliki oleh suatu kaum, misal kaum a, kaum A ini sebagian kecil dari suatu suku misal lagi suku caniago (kebetulan awak sukunyo caniago).
Suku adalah kelompok yang mempunyai hubungan darah sangat dekat menurut garis keturunan keibuan, matrilinial .
Susunan organisasi kekeluargaan ini dipimpin oleh seorang laki laki atau beberapa orang laki laki yang disebut dengan mamak. yaitu saudara laki laki dari ibu.
Saudara dari laki laki dari nenek disebut angku atau datuk.
Kumpulan dari mamak dan datuk inilah yang disebut ninik mamak. Jangan salah sebut nenek mamak, tapi ninik mamak.
Jadi ninik disini adalah datuk, artinya laki laki, saudara laki laki dari nenek. Sedangkan nenek adalah perempuan, sebutannya disana adalah anduang.
Demikianlah sedikit gambaran mengenai sistem keluarga itu.

Siapa Yang Berkuasa atas Tanah ?

Katanya, yang memiliki tanah itu adalah kaum atau keluarga tadi. Yang berkuasa atas tanah adalah mamak yang tertua.
Tetapi dalam kenyataan sehari-hari tanah itu dibawah kekuasaan atau kelihatannya seperti dalam kepemilikan ibu, atau nenek dalam keluarga itu.
Jadi pihak perempuanlah sebenarnya yang memiliki tanah atau sawah itu.
Tidak ada orang menyebut sawah angku datuak Bandaro, misalnya.
Yang ada disebut orang adalah sawah Etek Upik.

Jadi inilah yang terlihat dalam masyarakat.
Yang dianggap masyarakat pemiliknya adalah si ibu atau si nenek tadi, yang menguasainya mamak atau ninik itu.
Tetapi dibaliak itu, yang mengasainya keluar kalau ada urusan apa apa terhadap tanah itu misal urusan dengan kantor kantor pemerintahan, maka ninik atau mamak yang terkemuka dalam kaum tadilah yang berhadapan, dialah yang bertugas menghadapi hal itu.
Demikian gambaran struktur organisasi pemilikan dan penguasaan atas tanah pusaka tinggi dalam satu keluarga.

Berdasarkan diatas struktur kepemilikan dan penguasaan atas tanah, menurut hukum adat Minangkabau sebagai berikut:

1. Tanah ulayat nagari
Adalah hutan ataupun tanah yang berada dalam pengelolaan Nagari.
Biasanya tanah ulayat nagari dipergunakan untuk kepentingan yang bersifat umum; seperti untuk Masjid dan sebagainya.

2. Tanah ulayat suku;
Adalah tanah tanah yang dikelola dan hanya anggota suku inilah yang dapat memperoleh dan menggunakan tanah tersebut.

3. Tanah pusaka tinggi:
Tanah yang dimiliki oleh kaum, yang merupakan milik bersama dari seluruh anggota kaum dan diperoleh secara turun temurun, yang pengawasannya berada di tangan mamak Kepala Waris Kaum.

4. Tanah pusaka rendah:
Adalah harta yang diperoleh seseorang atau suatu/sebuah paruik berdasarkan pemberian atau hibah maupun pencariannya, pembelian, "Taruko" dan sebagainya

Paralu juo disampaikan bahwa pada saat kini tanah ulayat Nagari maupun tanah tanah suku di beberapa Nagari sudah tidak ditemui lagi, hal ini disebabkab karena "pudar" dilanda perkembangan penduduk dan perkembangan Sosial Ekonomi

"Kato dahulu, batapeki,
Kato kamudian, kato baurai
Ikrar ba muliakan,
Janji batapeki
Kurang labiah minta maaf.

Penulis: Sajuti Thalib, S.H

Aspek Hukum Dalam Masyarakat Minangkabau

UNDANG-UNDANG DUOPULUAH

Suatu hal yang ikut berperanan dalam perkembangan sosial budaya Minangkabau, ialah ketentuan hukum adat. Dimana nenek moyang orang Minangkabau telah mengatur adat sebagai undang undang dan hukum. Ketentuan tersebut dijadikan ukuran bertindak dan berperilaku ditengah komunitas sosial, baik seebagai individu maupun masyarakat secara luas.

Secara sistematis undang undang dan hukum disusun menurut empat kategori :
1. Undang undang Nagari
2. Undang undang isi Nagari
3. Undang undang luhak dan rantau
4. Undang undang nan duo puluah

Semua jenis undang-undang itu merupakan satu kesatuan yang utuh, kemudian dijabarkan secara luas dan teratur dalam masyarakat, sehingga terbentuklah satu kesatuan hukum yang berlaku di ditengah masyarakat Minangkabau.

Pada kesempatan ini kita akan mengetengahkan undang undang duopuluah. Undang undang duopuluah adalah undang undang yang terdiri dari 20 pasal. Pasal pasal yang terdapat didalam merupakan ketentuan tentang hukum pidana atau tindak kejahatan. Ditinjau dari segi bentuknya, undang undang duopuluah dikelompok menjadi dua bagian, undang undang nan salapan dan undang-undang nan duo baleh.

Undang-undang nan salapan adalah pasal pasal yang menyangkut jenis kejahatan atau yang disebut "cemo ba-kadaan" sedang 12 pasal lagi adalah nan duo baleh, yaitu ketentuan yang menyangkut alasan untuk menangkap dan menghukum seseorang, disebut juga "duo baleh tuduah nan bakatunggagan". Menurut a.A.Navis dalam buku "Alam Takambang Jadi Guru" bahwa undang undang ini terdiri dari dua bagian yang masing masing terdiri dari enam pasal. Bagian pertama disebut bagian tuduh, yakni pasal pasal yang dapat menjadikan seseorang tertuduh dalam melakukan kejahatan. Enam pasal lainnya dinamakan "cemo" (cemar), yaitu merupakan prasangka terhadap seseorang sebagai orang yang telah melakukan sesuatu kejahatan, sehingga ada alasan untuk menangkap dan memeriksanya (1984-111-112)

Agar lebih jelasnya pasal pasal dalam undang undang duo pluah ini, penulis akan menyuguhkan satu persatu sesuai dengan kedudukannya.

Undang-Undang Nan Salapan
Bila kita lihat secara teliti tentang pasal pasal dalam undang undang nan salapan, dianya mencantumkan jenis kejahatan yang dilakukan seseorang. Tiap pasalnya menpunyai dua jeniskejahatan yang hampir bersamaan, akan tetapi kadarnya berbeda. Untuk lebih jelasnya berikut ini kita muat pasal pasal sebagai berikut :

1. Dago dagi mambari malu.
Dago adalah perbuatan yang mengacaukan, sehingga terjadi kehebohan dan desas desis. Sedangkan dagi adalah perbuatan fitnah ditengah masyarakat sehingga orang yang difitnah merasa malu atau dirugikan

2. Sumbang salah laku parangai.
Yang dimaksud dengan sumbang adalah perbuatan yang menggauli seseorang yang tidak boleh dinikahi. Misalnya bergurau antar pemuda dengan saudara perempuannya atau dengan gadis sekaum. Dalam masyarakat Minangkabau kita mengenal beberapa perbuatan sumbang, diantaranya sumbang duduak, sumbang tagak, sumbang diam, sumbang perjalanan, sumbang pekerjaan, sumbang tanyo, sumbang jawab, sumbang kurenah, sumbang pakaian, dan sumbang pergaulan.
Semua unsur diatas berbeda kadarnya. Kemudian yang dimaksud dengan salah adalah perbuatan keji, misalnya seseorang pemuda melakukan perzinahan denganwanita yang bukan istrinya. Jadi sumbang salah kejahatan yang berkenaan dengan tingkah laku individu, sehingga menimbulkan keributan terhadap orang banyak.

3. Samun saka Tagak Dibateh
Samun adalah perbuatan merampok milik orang lain dengan membunuh orang tersebut. Sedang saka adalah perbuata merampok milik orang lain dengan kekerasan, paksa atau menganiaya orang tersebut. Dulu setiap terjadi tindak kejahatan ini selalu di batas jalan. Akan tetapi sekarang kejadian seperti ini bukan hanya terjadi dibatas aja, tetapi sering terjadi juga dirumah rumah, kebun, sawah dan sebagainya.

4. Umbuak Umbi budi marangkak
Umbuak adalah perbuatan rayuan atau penyuapan pada seseorang sehingga dapat merugikan orang lain. Umbi adalah perbuatan membujuk seseorang agar sama sama mau melakukan kejahatan. Dalam pasal ini mempunyai persamaan dengan "kicuah kecang", kicuah adalah perbuatan penipuan yang merugikan orang lain. Sedang kecang adalah perbuatan pemalsuan yang merugikan orang lain.

5. Curi Maling taluang didindiang
Curi adalah perbuatan mengambil barang orang lain disaat penghuninya lengah, maksud dalam mengambil milik orang lain tidak direncanakan, tetapi hanya sambil lalu saja. Sedangkan maliang adalah perbuatan mengambil milik orang lain disaat pemiliknya tidak ada ditempat itu. Dari sisi lain dapat juga disebut mengambil milik orang lain dengan melakukan perusakan, seperti bekas yang terluang pada dinding.

6. Tikam Bunuah padang badarah
Tikam adalah menancapkan benda tajam kepada seseorang, sehingga orang tersebut terluka oleh perbuatannya. Sedangkan yang dimaksud dengan bunuah adalah perbuatan mehilangkan nyawa orang lain. Apakah perbuatan itu untuk mengambil milik orang lain atau merupakan dendam lama.

7. Sia Baka sabatang suluah
Sia (siar) adalah tindakan membuat api sehingga milik orang lain terbakar. Umpamanya seseorang membakar perkebunannya, lalu api perkebunan itu menjalar kekebun orang lain, dan membakar tanaman yang ada. Baka (bakar) membakar milik orang lain dengan sengaja.

8. Upeh Racun batabuang sayak
Upeh adalah perbuatan aniaya kepada seseorang dengan memasukan ramuan kedalam makanannya, sehingga menimbulkan sakit bagi orang tersebut. Sedang racun adalah tindakan pembunuhan dengan memasukkan ramuan atau benda yang berbisa kedalam makanan orang tersebut.

Dari penjabaran pasal pasal undang nan salapan ini, maka dapat kita pahami bahwa masyarakat Minangkabau jauh sebelum berlakunya undang undang pidana di Indonesia, telah membuat konsep hukum dalam masyarakat.
Jadi konsep hukum yang terdapat dalam undang undang nan salapan adalah kategori kejahatan dan jenisnya.
Berdasarkan uraian diatas terdapat 16 macam perbuatan yang membuat seseorang itu dijatuhkan hukuman.

Undang-Undang Duobaleh
Seperti yang telah dibicarakan pada uraian terdahulu bahwa undang undan "duo baleh" adalah pembagian dari undang undang "duo puluah"

Konsep pada undang undang ini adalah dasar atau alasan menuduh seseorang. Pasal pasal dalam undang undang duo baleh terdiri dari 12 pasal, keseluruhannya merupakan alasan untuk menjatuhkan tuduhan. Seperti undang undang nan salapan, undang undang nan duo baleh juga diungkapkan secara berpapasan, yaitu :

1. Tatumbuak, Taceak
Tatumbuak maksudnya adalah si pelaku tidak dapat membalas tuduhan yang datang kepadanya, sehingga dia tidak dapat berucap apa apa. Taceak yaitu terdakwa terpaksa mengaku dan berterus terang atas tuduhan itu, bahwa yang melakukan perbuatan itu adalah dia sendiri.

2. Tatando, Tabukti
Yang dimaksud dengan tatando adalah ditamukan milik terdakwa ditempat kejadian atau ditempat berlangsungnya kejadian. Tabukti adalah terlihat bukti yang melekat pada tubuh atau pakaian bahwa adalah pelaku kejahatan.

3. Taikek, Takabek
Taikek dapat diartikan orang yang melakukan kejadian itu ditemui sedang melakukannya. Sementara takabek dimaksudkan orang melakukan kejahatan itu bertemu dilokasi terjadinya peristiwa, sehingga mereka tidak bisa lari dari lokasi tersebut.

4. Tacancang, Tarageh
Tercencang merupakan bekas yang ditemukan akibat tindakan terdakwa ditempat kejadian. Tarageh yaitu ditemukan pada tubuh terdakwa bekas yang ditimbulkan oleh benda yang ada ditempat berlangsungnya peristiwa.

5. Tahambek, Tapukau
Yang dimaksud Tahambek adalah terdakwa tidak dapat lolos dari pengepungan. Sedang Tapukau adalah terdakwa tertangkap setelah dikeroyok atau terpukul oleh orang yang mengejarnya.

6. Talalah, Takaja
Talalah yakni ditemukan terdakwa dalam tempat persembunyiannya setelah dilakukan pengejaran. Sementara takaja adalah terdakwa dapat tertangkap dalam pengejaran.

Keenam pasal diatas merupakan hal hal yang berhubungan dengan alasan untuk menangkap terdakwa. Pasal ini menyatakan pembuktian secara langsung dan dapat dijadikan sebagai syarat untuk menjatuhkan hukuman. Namun disisi lain, ajaran adat Minangkabau juga menjelaskan tentang kesaksian hukum. Hal itu dapat menjadi penguat dari pasal pasal diatas. Berikut ini pasal pasal yang menyatakan kesaksian hukum, merupakan kelanjutan dari pasal undang undang duo baleh, yaitu sebagai berikut :

7. Basuruik bak sipasan bajajak bak bakiak
Ditemukannya bekas atau jejak ditanan menuju tersangka

8. Anggang lalu, atah jatuah
Maksudnya seseorang ditemukan ditempat kejadian bersamaan terjadinya peristiwa

9. Kecondongan mato urang banyak
Diwaktu kejadian banyak mata melihatnya. Dari sisi lain dapat pula dikiaskan bahwa hidup tersangka tiba tiba berubah secara mendadak, sedangkan orang banyak belum mengetahui asal usul perubahan itu.

10. Bajua bamurah murah
Yaitu didapati seseorang sedang menjual barang atau alat alat dengan harga muranh sekali, sehingga menimbulkan kecurigaan bahwa barangyang dijual itu bukan miliknya.

11. bajalan Bagageh gageh.
Terlihat tersangka sedang berjalan sangat cepat sekali atau tergesa gesa, kemudian dari air mukanya memancarkan rasa ketakutan.

12. Dibaok pikek, dibaok langau.
Pikek adalah sejenis serangga yang mencari makanan pada tubuh kerbau, ukuran badannya agak besar dari lalat. Jadi maksud ungkapan dibaok pikek, dibaok langau yaitu terdakwa ditemukan hilir mudik tampa diketahui tujuan yang pasti Dari uraian diatas dapat dipahami, bahwa undang undang duo puluah hanyalah menyatakan bentuk kejahatan yang dilakukan seseorang, tuduhan dan diperkuat dengas kesaksian hukumnya. Sedangkan pelaksanaan peradilan dan proses pengambilan keputusan tidak dimuat dalam undang undang tersebut.


Sumber : Buletin Sungai Puar No. 46 - April 1994

Adat Sumando Manyumando

Sumando adalah hubungan adat yang terjadi antara seorang lak-laki dalam suatu suku dengan kaum keluarga suku lainnya di Minangkabau, sebagai akibat pernikahannya dengan seorang perempuan dalam suku tersebut. Maka dalam hal ini sumando manyumando ini, berdiri adat didalammnya.

1. Tantangan sumando manyumando, yang sama-sama senagari,

nan selingkung aur,
nan berjumbai daun,

atau yang berbatasan tanah;

jauh nan buliah ditunjuakkan
dakek nan buliah dikakokkan
malompek lai basitumpu
mancancang lai basangkalan,
badiri adat tantang itu
nan batali buliah dihirik
nan batampuak buliah dijinjiang.

2. Sewaktu marapulai telah sampai si rumah anak daro, maka dia disambut menurut adat, disongsong dengan sirih di carano yang ditutupi kain dalamak. Sedangkan yang bertugas menyambut marapulai tersebut adalah urang sumando pula. Selanjutnya dia pulalah yang membawa marapulai naik ke atas rumah gadang serta mendudukannya di tempatnya.

3. Marapulai didudukkan ditempatnya, yaitu membelakang ke bilik dalam dan menghadap ke luar rumah, maksudnya ialah di rumah isterinya itu dia bernama urang sumando dan harus selalu bisa menempatkan diri pada posisi yang telah ditentukan. Dia tidak boleh mencampuri urusan harta pusaka dan tidak ikut bertanggung jawab didalam masalah-masalah yang timbul dalam keluarga isterinya itu, kecuali apabila dia sebagai urang sumando diajak duduk sehamparan dalam membahas sesuatu masalah yang memerlukan kehadiran urang sumando.

Dalam duduk sehamparan itupun dia harus tahu bahwa setiap kata yang dikatakannya bukanlah "kata mamak" akan "kata urang sumando". Kata mamak adalah "kata manurun", sedangkan urang sumando "kata malereng".
Sehubungan dengan kedudukannya, didalam adat disebutkan bahwa urang sumando itu adalah :

mangabek indak arek
mamancuang indak putuih

maksudnya adalah dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya, dia tidak boleh

memakan menghabiskan
mencencang memutuskan

dirumah nan bermamak, kampuang nan bertua. Walaupun pekerjaan baik sekalipun yang akan dilakukannya didalam rumah isterinya itu, maka wajib baginya membawa kata dengan mufakat dengan mamak rumah. Hak mamak tersebut dilambangkan dengan tempat duduknya didalam rumah gadang, yaitu membelakang ke luar dan menghadap ke bilik dalam.

4. Urang sumando harus manyadari benar bahwa kedudukannya dirumah isterinya itu tidak berurat berakar. Statusnya sebagai urang sumando didalam adat disebutkan sebagai :

langau di ikua kabau
lacah di kaki
abu diatas tunggua

Seorang laki-laki di Minangkabau harus menyadari bahwa dia mempunyai dwifungsi kepemimpinan didalam hidupnya, yaitu sebagai kepala keluarga di dalam rumah isterinya dengan tugas, tanggung jawab dan wewenang sesuai dengan "kode etik" urang sumando, dan juga sebagai tanggung jawab mamak rumah dalam keluarga ibunya dengan tugas, tanggung jawab dan wewenang sesuai dengan "kode etik" mamak rumah.
Dalam tugas dwifungsinya itu hendaklah dia melaksanakan ketentuan yang disebutkan dalam adat :

anak dipangku
kamanakan dibimbiang

Apabila laki-laki tersebut bersikap "indak nan labiah pado bini", sehingga melalaikan tanggung jawabnya terhadap ibu, dunsanak dan kemenakannya, ataupun dia berbuat sekehendaknya dirumah anak isterinya sehingga melupakan batas-batas wewenangnya sebagai urang sumando, maka dapatlah dikatakan bahwa laki-laki tersebut kurang :

batunjuak bajari

oleh ibu bapak dan mamaknya atau termasuk katagori :

indak baguru baraja

sebagai urang sumando. Hendaknya disadari bahwa apapun dapat terjadi dalam hidup ini, termasuk hubungan suami isteri tersebut :

saiyo babana, sataka bacarai
jikok carai nan basuo,
bukuak padang babalah buluah,
pinang pulang katampuaknyo,
ayam pulang ka pautan.

Bila masalah perceraian yang disebut, maka berdiri pula adat didalamnya, yaitu :

carai hiduik baponih surek
carai mati beranggun-anggun;

Terbang langau di ekor kerbau, hanyut lacah di kaki dan hilanglah abu diatas tunggul, kembalilah si laki-laki kerumah ibunya atau dunsanak lemenakannya dengan fungsi mamak rumah atau tungganai.

5. Selanjutnya apabila sumandi manyumando itu terjadi dari satu nagari ke nagari lain atau dari satu luhak ke luhak yang lain, hal itu disebut :

tali tarantang indak putuih
sangkutan tagantuang indak patah
indak lapuak dek hujan
indak lakang sabab dek paneh

Penyebutan dengan ungkapan demikian, karena orang dalam tiga luhak bila ditelusuri masih mempunyai hubungan satu sama lain, setidak-tidaknya mempunyai hubungan adat.
Ada beberapa sebutan atau julukan terhadap fungsi urang sumando itu, bila dilihat dari sudut cacad dan celanya, sedangkan dari sudut yang terbaik hanya satu julukan yaitu :

"urang sumando ninik mamak"

yang sangat didambakan semua pihak.
Adapun pengertian urang sumando ninik mamak antara lain adalah :

kok kusuik sato manyalasaikan
kok karuah sato mampajaniahan

Bila terjadi silang selisih dalam rumah nan bermamak.
kaganti bumi dengan langik
kaganti cincin dengan gelang

payuang panji tampek balinduang
kaganti si tawa jo si dingin

panjang nan ka mangarek
singkek nan mambilai.

Untuk itulah diperlukan pengertian tentang falsafah yang terkandung di dalam pakaian kebesaran tersebut.
Maka semua hal itu hanya dapat diketahui anak kemanakan yang muda-muda, apabila diterangkan oleh seorang mamak kepada mereka. Seangkan mamak tersebut barulah akan dapat memberikan ajarannya apabila dia sendiri sudah menghayati pula tentunya.

Sumber : Buletin Sungai Puar 24 maret 1988

Pengetahuan Tentang Adat Minangkabau III

6. Cupak Duo
Cupak dalam adat adalah ukuran dan takaran untuk penakar makanan yang tidak boleh dilebihi dan dikurangi, apabila dipakai untuk jual beli.

Cupak ini terbagi dua macam :
a. Cupak usali (asli)
b. Cupak buatan

a. Cupak Usali
Ialah nan disabuik cupak duo baleh taia, gantang nan kurang duo limo puluah, yakni peraturan adat dibuat oleh nenek moyang kita Dt. Perpatiah Nan Sabatang dan Dt. Katumanggungan. Gantang nan kurang duo limo puluah adalah sifat-sifat yang berhubungan dengan Allah dan Rasul. Cupak duo baleh taia dan gantang kurang duo limo puluah ini di Minangkabau tidak dapat diubah.

Cupak usali adalah peraturan-peraturan yang telah kita teima turun-temurun tentang adat Minangkbau yang berhubungan dengan gelar pusako (soko), harta pusaka, undang-undang pergaulan di Minangkabau, tentang penyelesaian sengketa, soal sosial, keamanan, dan sebagainya, dan peraturan dalam adat yang kita sebut adat basandi syarak, syarak basandi Kitabullah, adat nan kawi, syarat nan lazim. Cupak usali itu yang sebenarnya adalah kata kiasan, maksudnya peraturan-peraturan yang asli tentang adat dan syarak, yang tidak dapat ditambah dan dikurangi.

Cupak papaek gantang piawai, cupak duo baleh taia, gantang kurang duo limo puluah. Cupak duo baleh taia ini disebut juga cupak nan anam ka ateh, anam ka bawah, yakni enam hal yang bersangkutan dengan perdata, dan enam yang bersangkutan dengan pidana. Gantang kurang duo limo puluah, adalah 20 sifat yang wajib, 20 sifat yang mustahil pada Allah, dan 4 sifat yang wajib pada Rasul, 4 sifat yang mustahil pada Rasul, sehingga berjumlah 50 kurang dua, satu harus pada Allah, satu harus pada Rasul

b. Cupak buatan :
Persekutuan yang memberi lazat bagi sagalo hati manusia. Artinya peraturan-peraturan yang dibikin oleh cupak buatan ialah peraturan adat dalam satu nagari. Peraturan itu memberikan kelazatan dalam pergaulan masyarakat, sebab kalau sudah dapat dilaksanakan akan membawa hasil yang baik dalam hubungan satu dengan yang lainnya.

Cupak Tiruan :
Ialah hawa nafsu yang diharuskan bagi hati setengah manusia. Artinya adalah keinginan yang dipunyai oleh sebagian orang karena dalam keinginan yang dimaksud itu tidak semua orang menyukainya, adakalanya lantaran tidak ada kesanggupan untuk memiliki keinginan tersebut, dan adakalanya lantaran tidak adanya kesukaan terhadapnya.

Cupak nan piawai :
Adalah suatu pekerjaan di dalam masyarakat untuk mencapai kehidupan yang sempurna dan pergaulan yang baik serta kebutuhan hidup yang diridhai oleh Allah SWT.
Cupak nan piawai ialah memenuhi kebutuhan hidup yang suatu penghidupan yang dapat mengahsilkan sesuatu untuk kebutuhan sehari-hari.

7. Ukua Jangko Di dalam Adat Minangkabau
Menurut adat Minangkabau ada beberapa ketentuan yang menjadi ukuran dan hinggaan yang harus diamalkan oleh setiap orang, untuk mencapai tujuan secara baik di dalam kehidupan bergaul. Ketentuan tersebut dinamakan "ukua jangko" yang terdiri delapan macam.

a. Nak Luruih Rantangan Tali
Supayo jan manyimpang kiri jo kanan
Luruih manantang barih adat
Mangarek tantangan ukua

Artinya :
Selalulah di dalam kehidupan ini berlaku lurus dan benar, dan jangan menyimpang dari ketentuan yang berlaku di dalam masyarakat (adat, syarak, undang-undang).

b. Nak tinggi naiakkan budi
Mancari jalan kabanaran
Supayo jan kalangkahan
Tagak jan tasundak
Malenggang tidak tapampeh
batutua dengan lunak lambuik
Lunak bak santan jo tanguli
Suatu karajo nan lalu salasai sajo.

Artinya :
Selalulah bergaul dengan baik sesama manusia, yang tua dihormati, yang kecil dikasihi, sama besar bersaudara, dan berkatalah dengan lemah lembut, dan bergaullah dengan sopan hormat menghormati.

c. Nak haluih baso jo basi
Jan barundiang basikasek
Jan bakato basikasa
Jan bataratak bakato siang
Mahariak mahantam tanah
Jan babana ka pangka langan
Usah ba-utak ka ampu kaki.

Pandai maagak maagiahkan
Budi baiak baso katuju
Muluik manih kacindan murah.

Artinya :
Bergaullah penuh sifat ramah tamah, sopan dan santun, hormat menghormati sesamanya, yang senantiasa mencerminkan tingkah laku yang berlandaskan budi luhur.

d. Nan elok lapangkan hati
Mancari jalan kabaikan
Nan dapek suluah nan tarang
Mampunyai saba jo ridha
Sarato hemat dan cermat

Artinya :
Selalulah di dalam bergaul mempunyai sifat lapang hati dan sabar, tenang dan beribawa, tetapi tegas dan bijaksana, serta mempunyai sifat malu di dalam diri, dan hati-hati.

e. Nak taguah paham dikunci
Jan taruah bak katidiang
Jan baserak bak anjalai
Kok ado rundiang ba nan batin
Patuik baduo jan batigo
Nak jan lahia didanga urang

Artinya :
Yang terlalu lyoal, selalu menyimpan rahasia yang patut dirahasiakan. Bertindak dan berbuat penuh kebijaksanaan.

f. Nak Mulia tepati janji
Kato nan bana ka dipegang
Walau bak mano sangkuik pauik
Asa indak mahambek bana
Namun janji batapati juo

Artinya :
Kalau ingin dimuliakan atau jadi orang yang mulia, selalulah menepati janji yang telah dijanjikan, klecuali mendadak datang halangan.

g. Nak labo bueklah rugi
Namuah bapokok babalanjo
Namuah bajariah bausaho
Marugi kito dahulu
Dek ujuik yakin manjalankan
Lamo lambek tacapai juo

Artinya :
Berusahalah selalu untuk kebutuhan hidup sehingga mencapai keuntungan yang wajar. Dan setiap keuntungan yang ingin hendak dicapai senantiasa menghendaki pengorbanan.

h. Nak kayo kuat mancari
Namuah bajariah bausaho
Namuah bapokok babalanjo
Asa lai angok-angok ikan
Asa lai jiwo-jiwo patuang
Nan tidak dicari juo.

Artinya :
Setiap kesenangan dan kekayaan serta kebahagiaan biasanya dapat dicapai oleh seseorang, terlebih dahulu dengan membanting tulang dan memeras keringat.

Kalau sekiranya ukua jangko yang delapan macam tersebut dapat dilaksanakan oleh seseorang dalam hidup ini secara perorangan maupun secara bermasyarakat, maka bertemulah menurut kaedah adat :
Kok mamahek lah dalam barih
Kok batanam di dalam paga

Tetapi kalau sekiranya tidak dilaksanakan, juga adat mengatakan :
Bakato bak balalai gajah
Bicaro bak katiak ula
Babicaro kapalang aka
Bapikia saba tak ado
Bailimu kapalang paham
Rumah tampak jalan tak tantu
Angan lalu paham tatumbuak
Aka panjang itikad salah
Ukua sampai jangko alah sudah
Hari tibo hukuman jatuah
Di akhirat sajo mangkonyo tahu
Tuhan sandiri manantukan
Jalan dialiah dek rang lalu
Cupak dirubah rang manggaleh.

Pengetahuan Tentang Adat Minangkabau II


2. Nagari Ampek
Nagari Ampek terdiri dari :
a. Taratak
b. Dusun
c. Koto
d. Nagari

a. Taratak :
Adalah tempat mula-mula didiami nenek moyang kita untuk tempat beberapa orang anggota keluarga memulai "manatak". Selanjutnya "taratak" itu dijadikan tempat berkehidupan secara bersama yang sifatnya jauh dari sederhana.

b. Dusun :
Pada mulanya taratak dengan taratak lain yang mempunyai hubungan baik satu dengan yang lain mulai menyusun kesatuan keluarga yang jumlahnya sangat terbatas sekali. Dalam hal ini telah dimulai membuat rumah secara sederhana sekali, begitupun sumber-sumber penghidupan telah muali dilaksanakan secara tetap.

c. Koto :
Adalah dusun-dusun yang tadinya terpencar-pencar, kemudian dengan persetujuan bersama dilakukan pengelompokan yang dihubungkan dengan tali keturunan secara adat yang dimulai dengan pemufakatan yang bulat (sakato). Maka tempat yang telah diperoleh dengan cara pemufakatan bersama ini disebutlah "koto". Dalam hal ini masyarakatnya telah mulai berkembang maju, yaitu telah mulai bekerja membuat sawah ladang dan irigasi secara bersama-sama.

d. Nagari :
Beberapa koto, yang biasanya terdiri dari tiga kelompok koto, dijadikan satu. Yang pernah ditemui adalah Kepala Koto, Tengah Koto, Ikua koto. Ketiga koto ini disusun menjadi satu kesatuan hukum yang disebut "nagari" yang disebut dalam ketentuan adat :
Kok ketek balingka tanah
Jikok gadang balingkuang aua
Nagari bapaga undang
Kampuang bapaga buek
Kampuang baumpuak
Suku ba joroang

3. Kato-Kato Adat Ampek

Terdiri dari :
a. Kato Mufakat
b. Kato Pusako
c. Kato Dahulu Batapati
d. Kato Kamudian Kato Bacari

a. Kato Mufakat
Ialah :
Kato surang dibulati
Kato basamo dipaiyokan
Duduak surang basampik-sampik
Duduak basamo balapang-lapang

Baiyo jo adiak
Batido-tido jo kakak
Dibulekkan kato jo mufakat
Bulek baru digolekkan
picak baru dilayangkan
Saciok bak ayam
Sadanciang bak basi
Bulek indak basuduik
Picak indak basandiang
Tapauik balantak
Takuruang bakunci

b. Kato Pusako :
Ialah seperti yang disebutkan dalam ketentuan Adat :
Mamahek manuju barih
Tantang bana lubang ka tambuak
Malantiang manuju pangka
Tantang bana buah ka rareh
Manabang manuju pangka
Tantang bana ruweh ka rabah

Artinya meletakkan sesuatu hendaklah pada tempatnya, menurut mungkin dan patut adanya.

c. Kato Dahulu Batapati
Ialah sesuatu hasil mufakat yang telah disepakai bersama menjadi suatu keputusan, tetapi belum sempat untuk dilaksanakan karena sesuatu dan lain hal. Apabila telah tiba waktunya untuk dilaksanakan, maka pelaksanaan tersebut haruslah sesuai dengan Adat tentang Kato dahulu batapati :
Suri tagantuang batanuni
Luak taganang basauak
Kayu batakuak barabahkan
Janji babuek batapati

Titiak buliah ditampuang
Maleleh buliah dipalik
Satitiak buliah dilauikkan
Sakapa buliah digunuangkan

d. Kato Kamudian Kato Bacari
Adalah setiap persoalan yang telah dimufakati pada mulanya, tetapi belum mencapai keputusan, kemudian datang suatu hal yang menghalangi maka permufakatan itu ditunda waktunya. Setelah sampai pada waktu yang telah ditentukan, timbul pemikiran baru yang lain yang lebih baik dari pada yang sudah. Tanpa mengubah prinsip, maka dicari kata yang baru dalam hal ini. Maka yang demikian disebut "Kato kemudian kato bacari".

4. Hukum Ampek

a. Hukum ilmu: sesuatu yang dihukum dengan ilmu
b. Hukum sumpah : sesuatu yang dihukum dengan bersumpah
c. Hukum kurenah : sesuatu yang dihukum dengan fi'il
d. hukum perdamaian : sesuatu yang dihukum secara berdamai

5. Undang Ampek
a. Undang-undang Luak
Luak ba-pangulu
Rantau barajo

b. Undang-undang Nagari
Basasok bajarami
Bapandam bapakuburan
Balabuah batapian
Barumah batanggo
Basawah baladang
Bakorong bakampuang
Babalai bamusajik

c. Undang-undang dalam nagari
Salah ditimbang hutang babaia
Salah ambiak mangumbali
Salah cotok malantiangkan
Salang mangumbali
Alek bapanggia mati bajirambok
Barek samo dipikua, ringan samo dijinjiang
nan elok bahimbauan
Nan buruak bahambauan

d. Undang-undang duo puluah :
Dua belas dari undang-undang ini disebut "tuduah nan bakatangguangan" Atinya sesuatu yang bisa menjadikan seseorang dituduh mengerjakan suatu kejahatan, yaitu :
1. Anggang lalu atah jatuah
2. Pulang pagi babasah-basah
3. bajalan Bagageh-gageh
4. Kacondongan mato urang banyak
5. Dibao ribuik, dibao angin
6. Dibao pikek, dibao langau
7. Tasidorong jajak manurun
8. Tatukiak jajak mandaki
9. Bajua bamurah-murah
10. Batimbang jawab ditanyoi
11. Lah bauriah bak sipasin
12. Lah bajajak bak babakiek

Kalau kiranya yang dua belas macam ini salah satu telah ditemui pada diri seseorang dalam satu kejadian yang sifatnya kesalahan, maka seseorang itu telah dapat dituduh.

Delapan macam dari undang-undang dua puluh tersebut disebut di dalam adat Minangkabau "cemooh nan bakaadaan". Artinya bila seseorang yang dituduh melakukan kejahatan telah lengkap pembuktiannya, seperti :

13. Dago-dagi mambari malu
14. Sumbang salah laku parangai
15. Samun saka tagak di bateh
16. Umbuak umbi budi marangkak
17. Curi maliang taluang dindiang
18. Tikam-bunuah parang badarah
19. Sia baka sabatang suluah
20. Upeh racun batabuang sayak

Pengetahuan Tentang Adat Minangkabau I


Pengetahuan adat Minangkabau itu dihimpun di dalam "Undang nan Duo Puluh Cupak nan Duo"

I. Adat Ampek

Ini terdiri dari :
1. Adat sabana adat
2. Adat nan diadatkan
3. Adat teradat
4. Adat istiadat

Adat pada nomor 1 dan 2 disebut adat babuhua MATI yakni, Adat sabana adat dan Adat nan diadatkan. Dalam sehari-hari disebut "Adat".
Adat pada nomor 3 dan 4 disebut adat BABUHUA SENTAK yakni, Adat teradat dan Adat istiadat. Maka keempat keempat jenis adat ini disebut "adat istiadat Minangkabau".

a. Adat Sabana Adat
Ialah suatu peraturan yang seharusnya menurut alur dan patut, seharusnya menurut Agama Islam (syarak), menurut perikemanusiaan. Adil dam beradab. Sebelum masuknya Islam di Minangkabau, adat nan sabananyo adat ini adalah suatu aturan dalam masyarakat yang dicontoh dan dipelajari oleh nenek moyang kita Dt. Perpatiah Nan Sabatang dan Dt. Katumanggungan dari kenyataan alam, yang disebut dalam pepatah :
Panakiak pisau sirauk
Ambiak galah batang lintabuang
Silodang ambiak ka niru
Nan satitiak jadikan lauik
Nan sakapa jadikan gunuang
Alam takambang jadi guru.

b. Adat Nan Diadatkan
Ialah peraturan yang dibuat oleh Dt. Parpatiah Nan Sabatang dan Dt. Katumanggungan yang dicontoh dari adat nan sabananyo adat, dan dilukiskan peraturan itu dalam pepatah, yakni persoalan yang bersangkutan dengan peraturan hidup masyarakat dalam segala bidang, umpamanya :
a. Kedudukan seseorang sebagai pribadi
b. Kedudukan masyarakat
c. Eknomi

Dan juga mengatur bidang :
a. Susunan masyasrakat
b. Tujuan masyarakat
c. Cara mencapai tujuan masyarakat

Kedudukan sesorang sebagai pribadi :
Nan kuriak iyolah kundi
Nan merah iyolah sago
Nan baiak iyolah budi
Nen endah iyolah baso

Yang tujuannya untuk mencapai :
Nan tuo dihormati
Nan ketek dikasihi
Samo gadang baok bakawan
Anyuik bapinteh, hilang bacari
Salah dibatuakan
Tarapuang bakaik
Tabanam baslami.

Kedudukan masyarakat :
Nan barek samo dipikua
Nan ringan samo di jinjiang
Nan elok bahimbauan
Nan buruak bahambauan
Nan elok diawak katuju dek urang
Sahino samalu
Sasakik sasanang
Sakik disilau, mati bajanguak

Ekonomi :
Elok lenggang di nan data
Rancak Rarak di hari paneh
Hilang rono dek pinyakik
Hilang bangso tak barameh
Dek ameh sagalo kameh
Dek padi sagalo jadi
Duduak marauik ranjau
Tagak maninjau jarah

Dan sebagai dasar adalah :
Sawah ladang, banda buatan
Batanam nan bapucuak
Mamaliharo nan banyawa

Ka sawah babungo ampiang
Ka rimbo babungo kayu
Ka sungai babungo pasia
Ka lauik babungo karang
Ka tambang babungo ameh
Nan lunak di tanami padi
Nan kareh di buek ladang

Artinya sebagai prinsip dasar dalam bidang ekonomi adalah pertanian, perkebunan, peternakan dan perikanan dll.

Susunan masyarakat seperti kata pepatah :
Ingirih bakarek kuku
Panggang pisau sirauik
Panggarek batuang tuonyo
Batuang tuo ambiak ka lantai
Nagari ba kaampek suku
Dalam suku babuah paruik
Kampuang diagiah batuo
Rumah dibari batungganai

Dengan ketentuan :
Kamanakan barajo ka mamak
Mamak barajo ka penghulu
Penghulu barajao ka mufakat
Mufakat barajo ka nan bana
Bana badiri sandirinyo
Nan manuruik alua jo patuik

Tujuan masyarakat :
Bumi sanang padi manjadi
Padi kuniang jaguang maupiah
Taranak bakambang biak
Anak buah sanang santoso
Bapak kayo mande batuah
Mamak disambah urang pulo.

Artinya untuk mencapai kemakmuran, kebahagiaan dan keadilan dalam masyarakat.

Cara mencapai tujuan masyarakat :
Nan barek samo dipikua
Nan ringan samo dijinjiang
Ka bukik samo mandaki
Ka lurah samo manurun
tatungkuik samo makan tanah
Tatilantang samo makan ambun
Tarapuang samo anyuik
Tarandam samo basah.

Kato surang di bulati
Kato basamo dipaiyokan
Kalau mambilai samo laweh
Kok maukua samo panjang
Ketek kayu ketek bahan
Gadang kayu gadang bahan

Nan ado samo dimakan
Nan tidak samo dicari
Hati gajah samo di lapah
Hati tungau diagiah bacacah

c. Adat Teradat
Ialah peraturan yang dibuat secara bersama oleh para ninik mamak, pamangku adat dalam suatu nagari.
Peraturan tersebut berguna untuk merealisasi peraturan-peraturan yang dibuat oelh nenek moyang dalam Adat Nan Diadatkan.

Di dalam aturan Adat Nan Diadatkan, peraturan-peraturan yang bersangkutan dengan kehidupan masyarakat baik dalam bidang sosial, politik, hukum dan lain-lainnya, dituangkan dalam bentuk pepatah-petitih, mamang bidal, pantun dan gurindam yang disusun dalam bentuk kalimat kelimat pendek, tetapi mengandung arti kiasan yang menghendaki adanya peraturan pelaksana untuk menjalankannya dalam masyarakat.

Peraturan-peraturan Adat Teradat ini tidak sama pada tiap-tiap nagari. Karena peraturan-peraturan yang dibuat harus disesuaikan dengan situasi dan kondisi setiap nagari di Minangkabau. Hal ini disebut dalam pepatah :
Lain lubuak lain ikannyo
Lain padang lain belalalngnyo
Lain nagari lain adatnyo

Baadat sapanjang jalan
Bacupak sapanjang batuang

d. Adat Istiadat
Ialah kebiasaan dalam suatu nagari atau golongan yang berupa kesukaan dari sebgian masyarakat tersebut, seperti kesenian, olah raga, dan sebagainya, seni suara, seni lukis, dan bangunan-bangunan dan lain-lain, yang disebut dalam pepatah :
Nan baraso bamakan
Nan barupo baliyek
Nan babunyi badanga

Kesimpulan :
Adat yang empat macam itu sifatnya dibagi dua :
1. Adat nan babuhua mati
2. Adat nan babuhua sentak

Adat nan babuhua mati
Ialah adat nan sabananyo adat dan adat nan diadakan oleh Dt. Perpatiah Nan Sabatang dan Dt. Katumanggungan.

Adat nan babuhua sentak
Ialah adat teradat dan adat istiadat. Yang kedua ini dapat diubah bentuknya dengan tidak mengubah dasarnya (sendinya), yang disebut dalam pepatah :
Sakali aia gadang, sakali tapian bagaranjak
Sakali musim batuka, sakali caro baganti

Perubahan ini sesuai dengan situasi dan kondisi, dan haruslah diubah dengan kata mufakat.

Sumber : Buletin Sungai Pua 15 Juni 1986

Ciri dan Adat Orang Minang


1. Aman dan Damai
Bila dipelajari dengan seksama pepatah-pepatah adat Minang, serta fakta-fakta yang hidup dalam masyarakat seperti masalah perkimpoian, sistem kekerabatan, kedudukan tanah pusaka tinggi, peranan mamak dan penghulu,kiranya kita dapat membaca konsep-konsep hidup dan kehidupan yang ada dalam pikiran nenek-moyang kita.

Dari konsep-konsep hidup dan kehidupan itu, kita juga dapat memastikan tujuan hidup yang ingin dicapai oleh nenek-moyang kita.
Tujuan hidup itu adalah: BUMI SANANG PADI MANJADI TARANAK BAKAMBANG BIAK

Rumusan menurut adat Minang ini, agaknya sama dengan masyarakat yang aman damai makmur ceria dan berkah, seperti diidamkan oleh ajaran Islam yaitu "Baldatun Taiyibatun wa Robbun Gafuur".
Suatu masyarakat yang aman damai dan selalu dalam penmgampunan Tuhan. Dengan adanya kerukunan dan kedamaian dalam lingkungan kekerabatan, barulah mungkin diupayakan kehidupan yang lebih makmur. Dengan bahasa kekinian dapat dikatakan bila telah tercapai stabilitas politik, barulah kita mungkin melaksanakan pembangunan ekonomi.

2. Masyarakat nan "Sakato"
Kalau tujuan akan dicapai sudah jelas, yaitu suatu masyarakat yang aman damai makmur dan berkah , maka kini tinggal bagaimana cara yang perlu ditempuh untuk mencapai tujuan itu. Kondisi yang bagaimana yang harus diciptakan. Menurut ketentuan adat Minang, tujuan itu akan dapat dicapai bila dapat disiapkan prasarana dan sarana yang tepat. Yang dimaksud dengan prasarana disini adalah manusia-manusia pendukung adat Minang, yang mempunyai sifat dan watak seperti diuraikan diatas. Manusia dengan kualitas seperti itulah yang diyakini adat Minang yang akan dapat membentuk suatu masyarakat yang akan diandalkan sebagai sarana (wahana) yang akan membawa kepada tujuan yang diidam-idamkan yaitu suatu masyarakat yang aman damai makmur dan berkah.
Suatu Baldatun Taiyibatun Wa Robbun Gafuur. Corak masyarakat idaman menurut kacamata adat Minang adalah masyarakat nan "sakato".

3. Unsur-unsur Masyarakat nan Sakato
Terdapat 4 unsur yang harus dipatuhi oleh setiap anggota masyarakat untuk dapat membentuk masyarakat nan sakato.
Sakato artinya sekata-sependapat-semufakat. Keempat unsur itu adalah:

a. Saiyo Sakato
Menghadapi suatu masalah atau pekerjaan, akan selalu terdapat perbedaan pandangan dan pendirian antar orang satu dengan yang lain sesuai dengan yang lain dengan pepatah "kapalo samo hitam, pikiran ba lain-lain".
Perbedaan pendapat semacam ini adalah sangat lumrah dan sangat demokratis. Namun kalau dibiarkan berlanjut, maka akan berakibat masalah itu takkan terselasaikan. Pekerjaan itu akan terkatung-katung. Karena itu harus selalu dicari jalan keluar. Jalan keluar yang ditunjukkan adat Minang adalah melakukan musyawarah untuk mufakat, bukan musyawarah untuk melanjutkan pertengkaran.

Keputusan boleh bulat (aklamasi) tapi boleh juga gepeng atau picak (melalui voting). Adat Minang tidak mengenal istilah "Sepakat untuk tidak se-Mufakat". Bagaimana proses keputusan diambil, namun setelah ada kata mufakat maka keputusan itu harus dilaksanakan oleh semua pihak. Keluar kita tetap utuh dan tetap satu. Setiap individu Minang disarankan untuk selalu menjaga hubungan dengan lingkungannya.

Adat Minang tidak terlalu memuja kemandirian (privacy) menurut ajaran individualisme barat. Adat Minang mengajarkan supaya membiasakan berembuk dengan lingkungan kendatipun menyangkut masalah pribadi. Dengan demikian adat Minang mendorong orang Minang lebih mengutamakan "kebersamaan" kendatipun menyangkut urusan pribadi. Kendatipun seorang individu Minang menduduki posisi sebagai penguasa seperti dalam kedudukan mamak-rumah atau pun Penghulu Andiko maka keputusan tidak mungkin juga diambil sendiri. Karena itu sikap otoriter tidak pernah disukai rang-orang Minang.

Adat Minang sangat mendambakan persatuan dan kesatuan dalam masyarakat Minang. Orang Minang yakin tanpa persatuan dan kesatuan itu akan menjauhkan mereka dari tujuan masyarakat yang ingin dicapai. Mereka memahami pula dalam hidup berkelompok dalam masyarakat akan selalu terdapat silang selisih, marah dan sengketa akan selalu terjadi. Antara sanduak dan periukpun tak pernah sunyi akan selalu ada kegaduhan. Namun demikian orang Minang mempunyai dasar filosofi yang kuat untuk mengatasinya.

Adat Minang akan selalu mencoba memelihara komunikasi dan kemungkinan berdialog. Karena dengan cara itu segala masalah akan selalu dapat dipecahkan melalui musyawarah. Orang Minang menganggap penyelesaian masalah diluar musyawarah adalah buruk. Dalam mencapai kata sepakat kadangkala bukanlah hal yang mudah. Karena itu memerlukan kesabaran, ketabahan dan kadangkala terpaksa menguras tenaga. Namun demikian musyawarah tetap diupayakan

b. Sahino Samalu
Kehidupan kelompok sesuku sangat erat. Hubungan individu sesama anggota kelompok kaum sangat dekat. Mereka bagaikan suatu kesatuan yang tunggal-bulat. Jarak antara "kau dan aku" menjadi hampir tidak ada. Istilah "awak" menggambarkan kedekatan ini. Kalau urusan yang rumit diselesaikan dengan cara "awak samo awak", semuanya akan menjadi mudah. Kedekatan hubungan dalam kelompok suku ini, menjadikan harga diri individu, melebur menjadi satu menjadi harga diri kelompok suku.
Kalau seseorang anggota suku diremehkan dalam pergaulan, seluruh anggota suku merasa tersinggung. Begitu juga bila suatu suku dipermalukan maka seluruh anggota suku itu akan serentak membela nama baik sukunya.

c. Anggo Tanggo
Unsur ketiga yang dapat membentuk masyarakat nan sakato, adalah dapat diciptakannya pergaulan yang tertib serta disiplin dalam masyarakat.
Hal ini berarti bahwa setiap anggota masyarakat dituntut untuk mematuhi aturan dan undang-undang, serta mengindahkan pedoman dan petunjuk yang diberikan penguasa adat. Dalam pergaulan hidup akan selalu ada kesalahan dan kekhilafan. Kesalahan dan kekhilafan itu harus diselesaikan sesuai aturan. Dengan demikian ketertiban dan ketentraman akan selalu terjaga.

d. Sapikua Sajinjiang
Dalam masyarakat yang komunal, semua tugas menjadi tanggungjawab bersama. Sifat gotong royong menjadi keharusan. Saling membantu dan menunjang merupakan kewajiban. Yang berat sama dipikul yang ringan sama dijinjing. Kehidupan antara anggota kaum, bagaikan aur dengan tebing, saling bantu membantu, saling dukung mendukung. Dengan masyarakat nan sakato ini diharapkan akan dapat dicapai tujuan hidup dan kehidupan orang Minang sesuai konsep yang diciptakan nenek moyang orang Minang.

BUMI SANANG PADI MANJADI
PADI MASAK JAGUNG MAUPIA
ANAK BUAH SANANG SANTOSA
TARANAK BAKAMBANG BIAK
BAPAK KAYO MANDE BATUAH
MAMAK DISAMBAH urang PULO

Source: http://www.cimbuak..net