1. DARI KATA MINANGA TAMWAN
Prof.Dr.Poerbacaraka
mengatakan bahwa nama Minangkabau berasal dari kata dalam bahasa
Sangsekerta yaitu Minanga Tamwan. Kata-kata ini terdapat dalam Prasasti
Kedukan Bukit.
Prasasti Kedukan Bukit adalah prasasti yang menceritakan
tentang kisah perluasan wilayah Minanga Tamwan. Yaitu perluasan
wilayah yang bermula dari kemenangan utusan Raja Minanga Tamwan yang
dipimpin Datuk Cribijaya (Dt.Sibijayo, Panglima Perang Minanga Tamwan)
melawan Bajak Laut yang banyak meresahkan masyarakat di sekitar Sungai
Palembang (Sungai Musi) sekarang.
Dalam prasasti ini disebutkan antara lain,
“Yang Dipertuan Hyang melepas duapuluh laksa
tentara dari Minanga Tamwan yang dipimpin
Cribijaya (Dt.Sibijayo) melalui perja¬lanan suci,
dengan tujuan memperluas negara hingga
men¬datangkan kemakmuran.”
Semua
ini dituangkan Prof.Dr.Poerbacaraka dalam bukunya Riwayat Indonesia
I. Hanya saja di manakah letak daerah Minanga Tamwan itu, hingga saat
ini masih menjadi perdebatan. Menurut keterengan Prof.Dr.Poerbacaraka
yang disebut Minanga Tamwan itu adalah daerah yang terletak di antara
dua Sungai Besar yang bertemu.
Sebagian
ahli ada yang menduga bahwa dua sungai besar itu adalah Kampar Kiri
dan Kampar Kanan. Namun bila yang dimaksud adalah Sungai Kampar Kiri dan
Kampar Kanan, maka kemungkinan besar daerah tersebut ada di sekitar
Muara Takus.
Menurut hasil penelitian dan kajian penulis sendiri bersama Masyarakat
Sejarahawan
Indonesia (MSI) Luhak Limopuluah (Yulfian Azrial,dkk-2003), Minanga
Tamwan bisa saja bukanlah dimaksudkan sebagai pertemuan antara dua
sungai besar secara fisik. Karena pertemuan sungai secara fisik tentu
lebih lazim disebut sebagai muara bukannya Minanga Tamwan.
Tetapi
Minanga Tamwan justru bisa saja menunjukkan suatu daerah atau kawasan
yang menjadi tempat pertemuan masyarakat dari dua sungai besar. Hal ini
karena jalan raya utama masyarakat kita pada zaman dahulu adalah
sungai.
Maka
kalau kita lihat dari peta, dua sungai besar itu di kawasan pulau
Sumatera bagian tengah ini hanya satu, yaitu daerah yang terdapat
antara Hulu Sungai Kampar dengan Batang Sinamar (Kuantan/Indragiri).
Kawasan ini berada antara Maek dan Mungka. Tepatnya yaitu di Bukit Batu
Bulan di Nagari Talang Maua.
Daerah
ini juga berada tepat tidak jauh dari garis Khatulistiwa. Kemudian
kalau ditinjau dari asal usul katanya menurut Bahasa tamil, maka kata
Talang itu berasal dari kata Ta yang berarti besar dan Lang adalah
bandar. Jadi Talang artinya bandar besar.
Keberadaan
Bukit Batu Bulan ini dapat digambarkan sebagai berikut : Satu sisinya
turun ke Batang Kampar di Maek, sedangkan sisi yang lain turun ke Batang
Sinamar yang kehilirnya dike-nal juga sebagai Batang Kuan¬tan atau
Sungai Indragiri.
Di
atas bukit ini terdapat beberapa situs yang merupakan bekas pusat
perdagangan besar seperti Ranah Pokan Akad, Ranah Pokan Selasa, Ranah
Pokan Komih, Ronah Pokan Jumat, Ra-nah Pokan Sabtu,dll.
Tempat
ini jelas pernah mempertemukan pedagang yang naik dari dua sungai
besar, yaitu yang naik lewat Batang Kampar dan dan yang naik dari Batang
Kuantan (Indragiri). Namun untuk memastikan hal ini ma¬sih diperlukan
penelitian lebih lanjut.
2. DARI KATA PINANG KHABU
Prof.Van
der Tuuk, seorang profesor kebangsaan Belanda mengatakan bahwa
Minangkabau merupakan Pinang Khabu. Yaitu tanah pangkal, tanah asal atau
tanah leluhur.. Pendapat ini dikuatkan pula oleh pernyataan Thomas
Stanford Raffles, seorang ahli kebangsaan Inggris yang pernah menjabat Gubernur Jenderal Inggris di Indonesia pada tahun 1811 hingga 1818.
Pernyatan
ini tertuang di dalam keterangannya setelah melakukan penjelajahan ke
berbagai pelosok nagari dan hutan-hutan di wilayah Suma¬tera Tengah.
Dalam sebuah catatannya Raffles menyatakan bahwa : “…. Di sini kita
menemukan bekas-bekas suatu kerajaan besar (Minangkabau) yang namanya
hampir-hampir tidak kita kenal sama sekali, tetapi sangat nyata
merupakan tempat asal bangsa-bangsa Melayu yang bertebaran di Kepulauan
Nusantara.”
Untuk
memudahkan kita mengingat perjalanan Raffles ini, nama bunga
Raflesia adalah salah satu kenang-kenangan untuk mengabadikan
penjelajahan alam yang dilakukan Raffles tersebut. Raflesia maksudnya
yaitu nama bagi sejenis bunga raksasa yang dite¬mukan oleh Raffles. Di
Ranah Minang kita biasa menyebutnya dengan Bungo Bangkai.
Pernyataan
bahwa Minangkabau merupa¬kan tanah asal ini didukung pula oleh banyak
data dan fakta. Apalagi semua suku bangsa Melayu menurut sejarah memang
berasal dari Minangkabau. Seperti Melayu Riau, Jambi, Deli, Aceh,
Palembang, Melayu Semenanjung, Kalimantan, dan Bugis. Bahkan Suku Kubu,
Sakai, Talang Mamak, Suku Anak Laut di Selat Malaka, dll, mengaku
berasal dari Minangkabau.
Bukti
lain tentang hal ini misalnya seperti pengakuan yang terpahat menjadi
prasasti di makam Seri Sultan Tajuddin di Brunai yang antara lain
berbunyi sebagai berikut :
“Maka
Seri Sultan Tajuddin memerintahkan kepada Tuan Haji Khatib Abdul Latif
supaya menerangkan silsilah ini agar diketahui anak cucu, raja yang
mempunyai tahta kerajaan di Negara Brunai Darussalam turun-temurun yang
mengambil pusaka nobat negara dan genta alamat dari negeri Johor
Kamalul Maqam, yang mengambil pusaka nobat negara dan alamat dari
Minangkabau nagari Andalas…dst”.
Parasasti
ini menggambarkan bahwa orang-orang Melayu yang berada di Semenanjung
Malaysia sekarang juga berasal dari Minangkabau. Misalnya seperti yang
di Johor, Selangor, Malaka, Pahang, dll. Bahkan sampai ke generasi yang
paling akhir, yaitu yang kemudian menghuni Negeri IX. Menurut sejarah,
umumnya mereka ini menyeberang Selat Malaka setelah melewati aliran
Batang Rokan dan Batang Kampar.
3.DARI KATA MENON COBOS
Menurut
Prof.Dr.Muhamad Hussein Nainar, seorang guru besar di Universitas
Madras. Menurutnya kata Minangkabau berasal dari kata Menon Cobos.
Menon
Cobos artinya adalah tanah mulia atau tanah murni. Dianggap sebagai
tanah mur¬ni atau tanah mulia karena daerah ini juga dianggap sebagai
tempat asal para leluhur orang-orang Melayu.
4.DARI KATA BINANGA KANVAR
Menurut
Prof.Sutan Muhammad Zain kata Minangkabau berasal dari Binanga Kanvar.
Binanga Kanvar artinya adalah muara Sungai Kampar. Menurutnya di Muara
Sungai Kampar inilah bermulanya kera¬jaan Minangkabau.
Pendapat
lain yang senada dengan Prof.Sutan Muhammad Zain adalah pernyataan
seorang kebangsaan Cina yang bernama Chan Yu Kua. Pernyataan ini ia
tuliskan di dalam catatan perjalanannya.
Di
dalam catatan itu ia menerangkan bahwa sewaktu ia pernah datang ke
Muara Kampar pada abad ke 13. Dijelaskannya bahwa di Muara Kampar itu
didapatinya sebuah bandar dagang yang paling ramai di pusat Pulau
Sumatera. Catatan ini mengingatkan kita pada catatan serupa dari
pendahulunya, I-Tsing beberapa abad sebelumnya.
5.DARI KATA MINA KAMBWA
Sewaktu
melakukan penelitian untuk pendalaman materi di beberapa buku ini, saya
(Yulfian Azrial, 2011) melihat bahwa kata Minangkabau juga bisa berasal
dari istilah dalam bahasa Sanskerta, yaitu kata Mina Kambwa. Mina Kabwa
artinya negeri Pilar Naga atau negeri Pilar Langit yang terdiri dari
deretan Gunung Berapi.
Dari
segi etimologi, kata mina dalam Bahasa Sanskerta berarti Naga. Dalam
kisah-kisah Hindu Kuno, istilah Mina atau Naga sering digambarkan
sebagai simbol dari gugusan gunung berapi yang terdapat di pegunungan
Bukit Barisan sekarang. Sedangkan Kambwa atau Skambwa berati pilar atau
semacam tiang penyangga langit. Jadi Mina Kambwa artinya tiang atau
pilar penyangga langit yang terdiri dari gugusan gunung berapi.
Istilah
Mina Kambwa ini sering disebut dalam mandala-mandala Hindu. Dalam
mandala-mandala Hindu seperti dalam Shri Yantra dan Kalachakra Mandala,
deretan gunung merapi di gugusan pegunungan bukit barisan ini sering
disebut sebagai Gunung Meru atau Gunung Suci sorga. Gunung yang terbesar
dan tertinggi disebut Gunung Mahameru yang sering dilambangkan dengan
piramida besar. Gunung ini oleh sebagian besar ahli diduga adalah Gunung
Krakatau yang meletus pada tahun 11.600 SM.
Pada
saat itu gunung tersebut meledak dengan ledakan supervuklanis-nya, yang
membuat gunung itu runtuh seperti balon yang bocor. Puncak gunung yang
semula tinggi ini tenggelam di bawah laut, berubah menjadi kaldera
raksasa. Asap dan debunya bahkan menutupi hampir seluruh langit dunia.
Hal yang membuat para ahli Geologi dan Fisikawan nuklir berpendapat
bahwa inilah yang menyebabkan berakhirnya Zaman Es Pleistosen.16
Sebelum
meletusnya Gunung Krakatau digambarkan bahwa di kawasan ini terdapat
puncak-puncak peradaban dunia yang kemudian menyebar ke belahan dunia
lain.17 Untuk mengenang peradaban di tanah leluhurnya ini, maka di
berbagai tempat penyebarannya ditemukan banyak simbol tentang segitiga.
Simbol yang melambangkan Gunung Meru atau Gunung Suci sorga.
Bahkan
di sejumlah tempat dibangun sejumlah duplikat Gunung Meru ini yang
lazim disebut piramida. Misalnya seperti yang ditemukan di Mesir,
Mesopotamia, Yunani, pada suku Maya, dan suku Aztek di benua Amerika.
Bahkan dengan meletakkan jenazah di dalam bangunan ini, dibayangkan oleh
mereka sebagai meletakkan para almarhum di perut Gunung Sorga.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar