Selasa, 10 September 2013

Salah satu”kearifan lokal” yang ada di Ranah Minang, adalah berlakunya SISTEM MATRILINEAL

~Salah satu”kearifan lokal” yang ada di Ranah Minang, adalah berlakunya SISTEM MATRILINEAL, yaitu sistem waris harta pusaka tinggi yang berpuncak dan turun temurun pada garis ibu.

Saat ini, di seluruh dunia, hanya terdapat 4 (empat) suku bangsa yang menganut sistem Matrilineal, yaitu sebuah suku bangsa di benua Afrika, sebuah suku Indian di benua Amerika , sebuah suku di India dan satu-satunya suku di nusantara yaitu Minangkabau.

Sistem matrilineal dengan segala sub-sistemnya adalah “Tiang Agung Minangkabau” kata alm 'Buya Hamka'.
Hak Waris Harta pusaka tinggi sebagai sub sistem dari sistem Matrilineal, hendaknya harus tetap dijaga keberadaannya. Harta pusaka tinggi adalah harta bersama sebuah kaum, adalah harta bersama untuk dinikmati, bukan harta untuk dibagi-bagi. Pewarisan harta pusaka tinggi adalah hanya sekedar peralihan peran, bukan peralihan milik.

Harta pusaka tinggi turun dari niniek ka mamak, dari mamak ka kamanakan dan seterusnya ka bawah menurut garis ibu.
Harta pusako tinggi tak boleh berpindah tangan karena diperjual-belikan. Harta Pusako tinggi adalah sebagai bukti “asal-usul” seseorang atau kaum.


Seseorang dapat dikatakan adalah keturunan Minang, hanya apabila masih mempunyai harta pusako tinggi. Dalam adat, ini dikatakan:
“Nan ba pandam ba pakuburan, nan basasok bajarami, kok dakek dapek dikakok, kok jauah dapek diantakan”
Apabila sebuah keluarga atau kaum tak lagi punya harta pusako tinggi, orang atau keluarga itu tidaklah lengkap keminangkabauannya, bahkan sudah dianggap punah.
Mereka tak perlu lagi punya panghulu, karena adat berdiri diatas pusako tinggi.

~Dari uraian ringkas diatas, dimensi kearifan lokal yang menyertainya adalah:

Bahwa sejauh manapun anak-cucu orang Minang pergi merantau, bahkan sampai ke Australia atau ke Amerika, selama mereka masih punya harato pusako tinggi, mereka dan anak keturunannya akan tetap punya
kampung halaman di Ranah Minang, dan mereka tetap bangga dengan RanahMinang.

Kondisi emosional itulah tampaknya yang terpancar dari gegap gempitasetiap acara “pulang Basamo”, seperti yang tampak pada setiap lebaran saat ini.

Tidak ada komentar: