Senin, 16 September 2013

SUMPAH SATIE BUKIK MARAPALAM SEBAGAI UNDANG-UNDANG ADAT MINANGKABAU, ADAT BASANDI SYARAK, SYARAK BASANDI KITABULLAH

BismillahirrahmanirrahiimPado bulan sya’ban tahun 804 H (Maret tahun 1403 M) Yang Dipertuan Maharaja Diraja Minangkabau Tuangku Maharajo Sakti keturunan keempat Adityawarman barsamo Pamuncak adat Dt Bandaro Putiah di Sungai Tarab mengundang seluruh pemuka agama, pemuka adat dan ilmuwan umum di seluruh wilayah Dataran tinggi tiga gunung Merapi Singgalang dan Sago yang juga disebut wilayah luak nan tigo mengadokan pertemuan permusyawaratan menyatukan pendapat mengatur masyarakat di wilayah Kerajaan Minangkabau ini di atas bukit Marapalam..

Dalam pembukaan Tuangku Maharajo Sakti menyampaikan, sudah waktunyo kito sebagai pemuka wilayah inti kerajaan Minangkabau memikirkan kesatuan dan kemajuan kerajaan Minangkabau.. Marilah kita bersama-sama memikirkan hal itu... Semua yang hadir bersepakat.
Tuangku Maharajo Sakti melemparkan pertanyaan mengenai pedoman apa yang dapat menjadi dasar hukum Kerajaan Minangkabau..

Dari Kelompok adat, dan dari Kaum Tua mengusulkan agar tetap berpedoman pada adat yang telah lama diterapkan, yaitu ADAIK BASANDI ALUE JO PATUIK,,,ALAM TAKAMBANG JADI GURU.
Dari Kelompok Penguasa Militer yang kebanyakan berasal dari Jawa menyampaikan bahwa mereka mengikuti suara yang terbanyak..

Dari Kelompok Umat Islam mengusulkankan agar diterapkan ADAIK BASANDI SYARA, SYARA BASANDI KITABBULLAH, SYARA MANGATO ADAIK MAMAKAI, SYARA NAN KAWI ADAIK NAN LAZIM.
Selanjutnyo dari kelompok umat Islam juga mengusulkan agar sistem pemerintahan BADAULATNYO UMAIK (demokrasi) system TIGAISME (trilogy).. Minangkabau diperintah oleh 3 (tiga) Lembaga Raja yang terhormat RAJO NAN TIGO SELO, yaitu Limbago Rajo Alam di Pagaruyuang, Limbago (Lembaga) Rajo Ibadat di Sumpur kudus dan Limbago Rajo Adat di Buo. Masing-masing Limbago Rajo merupakan limbago Ilmuwan (tenaga ahli) dipimpin oleh seorang rajo.. Pimpinan umum disebut Sultan rajo Alam dipanggilkan Sulthan.. Tugas rajo nan tigo selo ialah menjelaskan dan menyempurnakan keputusan Marapalam.. Keputusan Marapalam dengan penyempurnaan dan penjelasannya disebut UNDANG ADAIK MINANGKABAU.. Selain itu rajo nan tigo selo menetapkan aturan pelaksanaan dan aturan yang belum ada dan diperlukan oleh masyarakat Minangkabau..

Sebagaimana telah diberlakukan lama, Minangkabau itu dibagi atas Minangkabau inti (al Biththah) dan Minangkabau rantau (Minangkabau az Zawahir).. Minangkabau al Biththah meliputi wilayah Dataran tiga gunung (tria arga), gunung Singgalang, gunung Marapi dan gunung Sago yang disebut Luak Nan Tigo, yaitu luak Tanah Data, Luak Agam, Luak 50 Koto.. Daerah di luar itu disebut Minangkabau rantau (az zawahir).. Di Minangkabau inti (Luak Nan Tigo) raja-raja Minangkabau tidak memerintah langsung (tidak memungut pajak), tapi hanya mengatur dan menjaga tidak ada peperangan di dalamnya.. Raja Minangkabau memerintah di rantau dengan mengirimkan perwakilan-perwakilan. Minangkabau inti menjadi pendukung Sulthan memerintah ke rantau..

Undang adat Minangkabau ditulis dalam rangkap sembilan yang sama.. 3 rangkap masing-masing dipegang oleh Rajo Nan Tigo Selo, 1 rangkap dipegang oleh Tuanku Bosa Tanjuang Alam serta 4 rangkap dipegang masing-masing oleh Basa 4 balai, dan 1 rangkap dipegang oleh Tuan Gadang. Barang siapa yang ingin menyalin dapat menyalinnya dari salah satu yang sembilan itu.. Dalam salinan itu disebutkan siapa yang menyalinnya dan dari undang adat yang mana dia salin.. Begitulah buku undang adat itu sampai ke nagari-nagari. Tapi pada kenyataanya kita belum pernah mendapatkan yang asli tersebut.

Hasil kesepakatan di bukit Marapalam tersebut disebut "Bai'ah Marapalam".
BAI’AH MARAPALAM ATAU UNDANG ADAT MINANGKABAU..

(Bukit Marapalam di Puncak Pato Tanah Datar)

Tidak ada komentar: